Transplantasi organ


Secara Etimologi transplantasi berasal dari Middle English transplaunten, diambil dari Bahasa Latin Kuno transplantare, yang artinya to plant.6 Definisi Transplantasi, yang diambil dari bahasa Inggris “Transplantation” (to transplant) menurut kamus Webster Medical Dictionary online, didefinisikan sebagai: The grafting of a tissue from one place to another, just as in botany a bud from one plant might be grafted onto the stem of another. The transplanting of tissue can be from one part of the patient to another (autologous transplantation), as in the case of a skin graft using the patient’s own skin; or from one patient to another (allogenic transplantation), as in the case of transplanting a donor kidney into a recipient.7 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online transplantasi adalah pemindahan jaringan tubuh dr suatu tempat ke tempat lain (seperti menutup luka yg tidak berkulit dengan jaringan kulit dari bagian tubuh yg lain:8 Menurut Medicastore, pencangkokan (Transplantasi) adalah pemindahan sel, jaringan maupun organ hidup dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya (misalnya pencangkokan kulit), dengan tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang.9 Menurut WHO, Transplantation is the transfer (engraftment) of human cells, tissues or organs from a donor to a recipient with the aim of restoring function(s) in the body. 10 Jadi dapat disimpulkan transplantasi atau pencangkokan adalah pemindahan organ sel, atau jaringan dari si pendonor kepada orang lain yang membutuhkan penggantian organ disebabkan kegagalan organ, kerusakan sel maupun jaringan dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi organ, sel, maupun jaringan yang telah rusak tersebut. Akan tetapi dalam perkembangannya khusus untuk sel, dunia kedokteran khususnya di bidang kedokteran regenerasi (regenerative medicine) saat ini pun telah memungkinkan untuk menumbuhkan kembali sel si pasien itu sendiri dengan sel induk atau sel yang diesktrasi dari organ yang rusak. 

Jenis-jenis Transplantasi Transplantasi merupakan hal luar biasa ditemukan dalam dunia kedokteran modern. Melibatkan donasi organ dari satu manusia kepada manusia lain yang menjadikan ribuan orang diseluruh dunia setiap tahunnya terselamatkan jiwanya. 1. Dari Segi Pemberi Organ (Pendonor) Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor atau jaringan tubuh, maka transplantasi dapat dibedakan menjadi: a. Transplantasi dengan donor hidup Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau organ tubuh seseorang yang hidup kepada orang lain atau ke bagian lain dari tubuhnya sendiri tanpa mengancam kesehatan. Biasanya yang dilakukan adalah transplantasi ginjal, karena memungkinkan seseorang untuk hidup dengan satu ginjal saja. Akan tetapi mungkin bagi donor hidup juga untuk memberikan sepotong/sebagian dari organ tubuhnya misalnya paru, hati, pankreas dan usus. Juga donor hidup dapat memberikan jaringan atau selnya degeneratif, misalnya kulit, darah dan sumsum tulang. b. 2. Transplantasi dengan donor mati atau jenazah Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan organ atau jaringan dari tubuh jenazah orang yang baru saja meninggal kepada tubuh orang lain yang masih hidup. Pengertian donor mati adalah donor dari seseorang yang baru saja meninggal dan biasanya meninggal karena kecelakaan, serangan jantung, atau pecahnya pembuluh darah otak. Dalam kasus ini, donasi organ akan dipertimbangkan setelah usaha penyelematan mengalami kegagalan. Pasien mungkin meninggal dalam kamar emergensi ataupun dalam kondisi mati batang otak. Jenis organ yang biasanya didonorkan adalah organ yang tidak memiliki kemampuan untuk regenerasi misalnya jantung, kornea, ginjal dan pankreas, hati, jantung dan hati.14 Dari Penerima Organ (Resipien) Sedangkan ditinjau dari sudut penerima organ atau resipien, maka transplantasi dapat dibedakan menjadi: a. Autograft Autotransplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri. Biasanya transplantasi ini dilakukan pada jaringan yang berlebih atau pada jaringan yang dapat beregenerasi kembali. Sebagai contoh tindakan skin graft pada penderita luka bakar, dimana kulit donor berasal dari kulit paha yang kemudian dipindahkan pada bagian kulit yang rusak akibat mengalami luka bakar. Kemudian dalam operasi bypass karena penyakit jantung koroner. b. c. d. e. Isograft Termasuk dalam autograft adalah “syngraft” atau isograft yang merupakan prosedur transplatasi yang dilakukan antara dua orang yang secara genetik identik. Transplantasi model seperti ini juga selalu berhasil, kecuali jika ada permasalahan teknis selama operasi. Operasi pertama ginja yang dilakukan pada tahun 954 merupakan operasi transplantasi syngraft pertama antara kembar identik. Allograft Allograft adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain. Misalnya pemindahan jantung dari seseorang yang telah dinyatakan meninggal pada orang lain yang masih hidup. Kebanyakan sel dan organ manusia adalah Allografts. Xenotransplantation Xenotransplantation adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari species bukan manusia kepada tubuh manusia. Contohnya pemindahan organ dari babi ke tubuh manusia untuk mengganti organ manusia yang telah rusak atau tidak berfungsi baik. Transplantasi Domino (Domino Transplantation) Merupakan multiple transplantasi yang dilakukan sejak tahun 1987. Donor memberikan organ jantung dan parunya kepada penerima donor, dan penerima donor ini memberikan jantungnya kepada penerima donor yang lain. Biasanya dilakukan pada penderita “cystic fibrosis” (hereditary disease) dimana kedua parunya perlu diganti dan secara teknis lebih mudah untuk mengganti jantung dan paru sebagai satu kesatuan. Biasanya jantung dari penderita ini masih sehat, sehingga jantungnya dapat didonorkan kepada orang lain yang membutuhkan.f. Transplantasi Dibagi (Transplantation Split) Kadangkala donor mati khususnya donor hati, hatinya dapat dibagi untuk dua penerima, khususnya dewasa dan anak, akan tetapi transplatasi ini tidak dipilih karena transplantasi keseluruhan organ lebih baik. 3. Dari Sel Induk (Stem Cell) Sedangkan khusus mengenai transplantasi sel induk dibedakan menjadi: 15 a. b. c. Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation) Sumsum tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam tulang-tulang besar seperti tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung dan tulang rusuk. Sumsum tulang merupakan sumber yang kaya akan sel induk hematopoetik. Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation) Peredaran tepi merupakan sumber sel induk walaupun jumlah sel induk yang terkandung tidak sebanyak pd sumsum tulang untuk jumlah sel induk mencukupi suatu transplantasi.biasanya pada donor diberikan granulocyte-colony stimulating factor (G-CSF). Transplantasi dilakukan dengan proses yang disebut Aferesis. Transplantasi sel induk darah tali pusat (Stem cord) Darah tali pusat mengandung sejulah sel induk yang bermakna dan memiliki keunggulan diatas transplantasi sel induk dari sumsum tulangatau dari darah tepi bagi pasien-pasien tertentu.Transplantasi sel induk dari darah tali pusat telah mengubah bahan sisa dari proses kelahiran menjadi sebuah sumber yang dapat menyelamatkan jiwa. Transplantasi sel induk merupakan infusi dari sel induk yang sehat kepada tubuh pasien itu sendiri. Transplantasi sel induk dilakukan apabila sumsum tulang berhenti memproduksi sel induk yang sehat. Sama dengan transplantasi lainnya jenis transplantasi induk ada yang sifatnya autograft yaitu tubuh sendiri yang menghasilkan kemudian ditransplantasi kedalam tubuh sendiri. Allograft apabila berasal dari donor orang lain asalkan cocok, biasanya yang masih ada hubungan darah, akan tetapi saat ini bisa juga didapatkan dari donor orang lain. Perlakuan ini biasanya dilakukan untuk leukemias, lymphomas, dan kelainan lain dari sumsum tulang. Yang terakhir adalah tandem transplant merupakan Transplantasi “dobel autograft”, sel induk dikumpulkan terlebih dahulu sebelum dilakukan dosis tinggi chemo, kemudian ditransplantasikan 2 kali ke pasien itu sendiri biasanya dengan jarak 6 bulan. Cara ini digunakan untuk penyakit cancer jenis tertenut, termasuk multiple myeloma, Hodgkin disease, and nonHodgkin lymphoma. 
D. Sumsum tulang/sel induk dewasa (Donor Hidup dan Autograft) Transfusi Darah/Transfusi Komponen Darah (Donor hidup dan Autograft) Pembuluh darah (Autograft dan Donor Mati) Katup Jantung (Donor Mati, Dono Hidup dan Xenograft[Porcine/bovine]) Tulang (Donor Hidup dan Mati) Prosedur dan Akibat Transplantasi bagi penerima donor 17 Transplantasi bisa memberikan keuntungan yang sangat besar bagi orangorang yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Hal-hal yang terkait dengan prosedur dan akibat Transplantasi adalah: 1. Pre Transplantasi a. Persiapan dan Evaluasi Pasien Persiapan dan evaluasi pasien yang ekstensif sangat penting setiap transplantasi organ, jaringan, sel tertentu memiliki prosedur sendiri-sendiri yang akan dijelaskan kemudian, akan tetapi secara umum yang harus dilakukan adalah: i. ii. iii. iv. v. vi. vii. Riwayat dan pemeriksaan fisik yang lengkap. Evaluasi terhadap kekuatan psikologis dan emosi . Pemeriksaan dengan CT (computed tomography) scan atau MRI (magnetic resonance imaging) test jantung dengan electrocardiogram (EKG) atau echocardiogram Periksa paru-paru dengan photo dada (x-ray) dan pulmonary function tests (PFTs) konsultasi dengan ahli lain dalam team transplantasi misalnya dengan dokter gigi, maupun dokter gizi . test darah lengkap, hitung darah, kimia darah dan skrinning terhadap viruses like hepatitis B, CMV, and HIV viii, Human Leukocyte Antigen (HLA) b. 2. Pencarian donor yang sesuai Mengidentifikasi siapa yang akan menjadi donor utama setelah melalui proses pencocokan donor. Pencarian donor yang cocok berguna untuk mengurangi beratnya penolakan dari tubuh resipien terhadap organ yang didonorkan, maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki kesesuaian yang semaksimal mungkin. ABO dan HLAnya. Saat operasi transplantasi berlangsung a. Kemungkinan timbulnya resiko akibat pembedahan Setiap operasi apapun selaku memiliki resiko. Resiko dapat diminimalkan dengan b. 3. Pemakaian obat-obat immunosupresan yang poten Pencangkokan organ, jaringan maupun sel merupakan suatu proses yang rumit. Dalam keadaan normal, sistem kekebalan akan menyerang dan menghancurkan jaringan asing (keadaan ini dikenal sebagai penolakan transplantasi). Antigen adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu reaksi kekebalan, yang ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia. Jika seseorang menerima jaringan dari donor, maka antigen pada jaringan yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing. Selain kesamaan golongan darah yang hal lain yang penting adalah human leukocyte antigen (HLA) merupakan antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan. Semakin sesuai antigen HLAnya, maka kemungkinan besar pencangkokan akan berhasil. Pasca Operasi a. Kemungkinan terjadinya penolakan oleh tubuh resipien (hyperacute, acute or chronic) Meskipun jenis HLA agak mirip, tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak dikendalikan, maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak. Penolakan biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan, tetapi mungkin juga baru tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian. Penolakan bisa bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif meskipun telah dilakukan pengobatan. Penolakan tidak hanya dapat merusak jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan demam, menggigil, mual, lelah dan perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba. Penemuan obat-obatan yang dapat menekan sistem kekebalan telah meningkatkan angka keberhasilan pencangkokkan. Tetapi obat tersebut juga memiliki resiko. Pada saat obat menekan reaksi sistem kekebalan terhadap organ yang dicangkokkan, obat juga menghalangi perlawanan infeksi dan penghancuran benda asing lainnya oleh sistem kekebalan. Penekanan sistem kekebalan yang intensif biasanya hanya perlu dilakukan pada minggu-minggu pertama setelah pencangkokkan atau jika terlihat tanda-tanda penolakan. Berbagai jenis obat bisa bertindak sebagai immunosupresan adalah:  Cyclosporins (Neoral, Sandimmune, SangCya). Obat ini bekerja dengan cara menghambat aktivasi T-cell, sehingga mencegah T-cells ditransplantasikan. dari serangan organ yang  Azathioprines (Imuran). Obat ini mengganggu sinstesis dari DNA dan RNA termasuk juga dari pembagian cell.  Monoclonal antibodies, termasuk basiliximab (Simulect), daclizumab (Zenpax), dan muromonab (Orthoclone OKT3). Obat ini bekerja dengan cara menghambat penyatuan interleukin-2, yang akan melambatkan produksi T-cells dalam pasien imune sistem. Disamping itu dapat terjadi infeksi dan sepsis akibat dari obat immunosuppressant drugs yang diperlukan untuk menekan penolakan, kemudian kelainan Post-transplant lymphoproliferative (bentuk dari lymphoma akibat dari immunesuppressants), juga terjadi ketidak seimbangan elektrolite termasuk including kalsium and fosfate yang dapat menimbulkan masalah diantaranya pada tulang. Juga mungkin terjadi Efek lainnya gangguan pencernaan, meradang dan bernanahnya pencernaan dan esophagus, hirsutism (pertumbuhan rambut tidak terkendali pada pria), hair loss, kegemukan, jerawatan, diabetes mellitus type 2, hypercholesterolemia, dan lainnya. b. E. Kematian. Akibat penekanan anti penolakan maka menyebakan penurunan kekebalan tubuh yang berakibat dapat masuknya kuman ke dalam tubuh sehingga menimbulkan dapat menimbulkan komplikasi hingga berakibat kematian. Proses Tranplantasi Masing-Masing Organ, Jaringan Ataupun Sel 1. Pencangkokan Ginjal Untuk orang-orang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi, pencangkokan ginjal merupakan alternatif pengobatan selain dialisa dan telah berhasil dilakukan pada semua golongan umur. Ginjal yang dicangkokkan kadang berfungsi sampai lebih dari 30 tahun. Orang-orang yang telah berhasil menjalani pencangkokkan ginjal biasanya bisa hidup secara normal dan aktif. Transplantasi merupakan operasi besar karena ginjal dari donor harus disambungkan dengan pembuluh darah dan saluran kemih resipien. Lebih dari duapertiga transplantasi berasal dari donor yang sudah meninggal, yang biasanya merupakan orang sehat yang meninggal karena kecelakaan. Ginjal dikeluarkan dari tubuh donor, didinginkan dan segera dibawa ke rumah sakit untuk dicangkokkan kepada seseorang yang memiliki jenis jaringan yang asama dan seru darahnya tidak mengandung antibodi terhadap jaringan. Meskipun telah digunakan obat-obatan untuk menekan sistem kekebalan, tetapi segera setelah pembedahan dilakukan, bisa terjadi satu atau beberapa episode penolakan, Penolakan ini bisa menyebabkan: – peningkatan berat badan akibat penimbunan cairan – demam – nyeri dan pembengkakan di daerah tempat ginjal dicangkokkan. Pemeriksaan darah mungkin menunjukkan adanya kemunduran fungsi ginjal. Untuk memperkuat diagnosis penolakan, bisa dilakukan biopsi jarum (pengambilan contoh jaringan ginjal dengan bantuan sebuah jarum untuk diperiksa dengan mikroskop). Penolakan biasanya bisa diatasi dengan menambah dosis atau jumlah obat immunosupresan. Jika penolakan tidak dapat diatasi, berarti pencangkokkan telah gagal. Ginjal yang ditolak bisa dibiarkan di dalam tubuh resipien, kecuali jika: – demam terus menerus – air kemih mengandung darah – tekanan darah tetap tinggi. Jika pencangkokkan gagal, maka harus segera kembali dilakukan dianalisa. Upaya pencangkokkan berikutnya bisa dilakukan setelah penderita benar-benar pulih dari pencangkokkan yang pertama. Kebanyakan episode penolakan dan komplikasi lainnya terjadi dalam waktu 3-4 bulan setelah pencangkokkan. Obat immunosupresan tetap diminum karena jika dihentikan bisa menimbulkan reaksi penolakan. Pemberian obat immunosupresan dihentikan jika timbul efek samping atau infeksi yang berat. Resiko terjadinya kanker pada penerima ginjal adalah 10-15 kali lebih besar bila dibandingkan dengan populasi umum. Resiko terjadinya kanker sistem getah bening adalah sekitar 30 kali lebih besar daripada normal, hal ini terjadi kemungkinan karena telah terjadi penekanan terhadap sistem kekebalan. 2. 3. Pencangkokan Hati Penderita penyakit ginjal memiliki alternatif pengobatan dialisa, tetapi tidak demikian halnya dengan penderita penyakit hati yang berat. Jika hati sudah tidak berfungsi lagi, maka satu-satunya pilihan pengobatan adalah pencangkokkan hati. Angka keberhasilan transplantasi hati lebih rendah daripada transplantasi ginjal, tetapi 70-80% resipien bertahan hidup minimal selama 1 tahun. Mereka yang bertahan hidup kebanyakan adalah resipien yang hatinya telah mengalami kerusakan akibat sirosis bilier primer, hepatitis atau pemakaian obat yang merupakan racun bagi hati. Tansplantasi hati sebagai pengobatan untuk kanker hati jarang berhasil. Kanker biasanya kembali tumbuh pada hati yang dicangkokkan atau pada organ lainnya dan kurang dari 20% resipien yang bertahan hidup selama 1 tahun. Yang mengejutkan adalah bahwa reaksi penolakan pada transplantasi hati tidak sehebat reaksi penolakan pada transplantasi organ lainnya (seperti ginjal dan jantung). Tetapi setelah pembedahan harus diberikan obat immunosupresan. Jika resipien mengalami pembesaran hati, mual, nyeri, demam, sakit kuning atau terdapat kelainan fungsi hati (yang diketahui dari hasil pemeriskaan darah), maka bisa dilakukan biposi jarum. Hasil biopsi akan membantu menentukan apakah hati yang dicangkokkan telah ditolahk dan apakah dosis obat immunosupresan harus ditingkatkan. Pencangkokan Jantung Beberapa puluh tahun yang lalu tidak mungkin dilakukan, tetapi saat ini transplantasi jantung telah menjadi kenyataan. 95% resipien bisa lebih baik dalam melakukan olah raga dan kegiatan sehari-hari; lebih dari 70% resipien yang kembali bekerja. Transplantasi jantung dilakukan pada penderita penyakit jantung yang paling serius dan tidak dapat diatasi dengan obat-obatan atau pembedahan lainnya. Setelah pembedahan, kepada resipien perlu diberikan obat immunosupresan. Reaksi penolakan terhadap jantung biasanya berupa demam, lemah dan denyut jantung yang cepat atau abnormal. Jantung yang tidak berfungsi dengan baik bis amenyebabkan tekanan darah rendah, pembengkakan dan penimbunan cairan di dalam paru-paru. Penolakan yang sifatnya sangat ringan mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali tetapi bisa terlihat adanya perubahan pada EKG. Jika diduga telah terjadi penolakan, biasanya dilakukan biopsi. Jika ternyata terbukti telah terjadi penolakan, maka dilakukan penyesuaian dosis obat immunosupresan. Hampir separuh kematian pada resipien jantung disebabkan oleh infeksi. Komplikasi lainnya adalah aterosklerosis yang timbul pada arteri koroner dari 25% resipien. 4. Pencangkokan Paru-Paru & Jantung-Paru Beberapa tahun terakhir ini, transplantasi paru-paru telah menunjukkan kemajuan yang pesat. Biasanya hanya 1 paru-paru yang dicangkokkan, tetapi kadang dilakukan transplantasi kedua paru-paru. Jika penyakit paru-paru juga telah menyebabkan kerusakan pada jantung, kadang transplantasi paru-paru digabungkan dengan transplantasi jantung. Transplantasi paru-paru harus dilakukan segera setelah paru-paru diperoleh karena proses pengawetannya sulit. Paru-paru bisa berasal dari donor hidup maupun donor yang baru meninggal. Dari donor hidup, hanya 1 paru-paru yang bisa diambil dan biasanya hanya 1 lobus yang didonorkan. 80-85% resipien bertahan hidup minimal selama 1 tahun dan sekitar 70% bertahan hidup selama 5 tahun. Infeksi Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada resipien: —- Penyembuhan yang jelek pada titik persambungan saluran udara Penyumbatan saluran udara akibat pembentukan jaringan parut Penutupan saluran udara yang kecil (merupakan komplikasi lanjut yang bisa menjadi pertanda adanya penolakan yang terjadi secara bertahap). Penolakan terhadap transplantasi paru-paru sulit untuk diketahui, dinilai dan diobati. Pada lebih dari 80% resipien, penolakan terjadi dalam beberapa bulan setelah pembedahan. Penolakan bisa menyebabkan demam, sesak nafas dan lemah (kelemahan terjadi akibat berkurangnya oksigen dalam darah). Penolakan diatasi dengan melakukan penyesuaian dosis obat immunosupresan. 5. 6. Pencangkokan Pankreas Transplantasi pankreas hanya dilakukan pada penderita diabetes tertentu. Tujuan dari pencangkokkan adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi diabetes dan terutama untuk mengontrol kadar gula darah secara lebih efektif. Penelitian telah menunjukkan bahwa transplantasi pankreas dapat memperlambat atau menghilangkan komplikasi dari diabetes. Tetapi kebanyakan penderita tidak cocok menjalani transplantasi dan transplantasi biasanya hanya dilakukan pada penderita yang kadar gula darahnya sangat sulit dikendalikan serta penderita yang belum mengalami komplikasi yang serius. Lebih dari 50% resipien memili kadar gula darah yang normal dan seringkali tidak perlu menggunakan insulin lagi. Resipien harus mengkonsumsi obat immunosupresan karena itu mereka memiliki resiko mengalami infeksi dan komplikasi lainnya. Pencangkokan Sumsum Tulang Pencangkokkan sumsum tulang pertama kali digunakan sebagai bagian dari pengobatan leukemia, limfoma jenis tertentu dan anemia aplastik. Karena teknik dan angka keberhasilannya semakin meningkat, maka pemakaian pencangkokkan sumsum tulang sekarang ini semakin meluas. Pencangkokkan sumsum tulang dilakukan pada wanita penderita kanker payudara dan anak-anak yang menderita kelainan genetik tertentu. Jika penderita kanker menjalani kemoterapi dan terapi penyinaran, maka sel-sel penghasil darah yang normal di dalam sumsum tulang juga bisa dihancurkan bersamaan dengan sel-sel kanker. Tetapi kadang pada saat menerima kemoterapi dosis tinggi, sumsum tulang penderita bisa dikeluarkan dan kemudian disuntikkan kembali setelah kemoterapi selesai. Karena itu, penderita kanker bisa menerima terapi penyintaran dan kemoterapi dosis tinggi untuk menghancurkan sel-sel kanker. Jenis HLA resipien harus menyerupai jenis HLA donor, karena itu biasanya donor berasal dari keluarga dekat. Prosedurnya sendiri adalah sederhana. Biasanya dalam keadaan terbius total, sumsum tulang diambil dari tulang panggul donor dengan bantuan sebuah jarum. Kemudian sumsum tulang tersebut disuntikkan ke dalam vena resipien. Sumsum tulang donor berpindah dan berakar di dalam tulang resipien dan selselnya mulai membelah. Pada akhrinya, jika semua berjalan lancar, seluruh sumsum tulang resipien akan tergantikan dengan sumsum tulang yang baru. Namun, prosedur transplantasi sumsum tulang memiliki resiko karena sel darah putih resipien telah dihancurkan oleh terapi radiasi dan kemoterapi. Sumsum tulang yang baru memerlukan waktu sekitar 2-3 minggu untuk menghasilkan sejumlah sel darah putih yang diperlukan guna melindungi resipien terhadap infeksi. Resiko lainnya adalah penyakit graft-versus-host), dimana sumsum tulang yang baru menghasilkan sel-sel aktif yang secara imunologis menyerang sel-sel resipien. 7. Transplantasi Organ Lainnya Orang yang mengalami luka bakar yang sangat luas atau kerusakan kulit luas lainnya bisa menjalani pencangkokkan kulit (skin graft). Cara terbaik untuk melakukan skin graft adalah dengan mengambil kulit yang sehat dari bagian tubuh lainnya dan mencangkokkannya pada bagian tubuh yang memerlukan. Jika hal tersebut tidak mungkin dilakukan, untuk sementara waktu bisa diambil kulit dari donor atau hewan (misalnya babi) sampai tumbuhnya kulit baru yang normal. Tulang rawan kadang dicangkokkan pada anak-anak, biasanya untuk memperbaiki kelainan pada telinga atau hidung. Kartilago donor jarang diserang oleh sistem kekebalan tubuh resipien. Pada transplantasi tulang, biasanya bahan tulang diambil dari bagian tubuh lainnya untuk dicangkokkan pada bagian tubuh yang memerlukan. Transplantasi tulang dari donor tidak dapat bertahan, tetapi bisa merangsang pertumbuhan tulang baru dan merupakan jembatan serta stabilisator yang baik sampai terbentuknya tulang yang baru. Transplantasi usus halus masih bersifat coba-coba dan bisa dilakukan pada orang-orang yang ususnya telah mengalami kerusakan akibat penyakit atau ususnya sudah tidak dapat berfungsi dengan baik. 

Leave a comment